Pemerintah Republik Indonesia telah mengumumkan akan menerapkan new normal atau tatanan
normal baru dengan melonggarkan pembatasan dan membuka kembali bisnis di
tengah pandemi covid-19.
Skema tatanan normal baru akan dilakukan di sejumlah sektor secara
bertahap. Pemerintah sendiri telah menetapkan beberapa syarat untuk daerah yang akan menerapkan new normal.
sumber: tempo.co
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah menerapkan new normal ini. Dasar utama keputusan penerapan new normal itu adalah ekonomi. "Kita melihat bahwa pertumbuhan ekonomi ini penting. Karena sekarang sebelum pandemi ini 7 juta orang belum mendapat pekerjaan, bukan PHK dan pada saat PHK terjadi pandemi sekitar 1,8 juta. Tentu kita harus segera mungkin menciptakan kesempatan-kesempatan baru," tuturnya lewat media detikcom beberapa hari yang lalu.
Menurutnya new normal ini menjadi sangat perlu dan penting. Hal ini disebabkan karena new normal dilakukan bukan hanya di Indonesia saja, namun negara lain juga sudah membuka dan melakukan hal yang sama. Sampai kapan new normal ini akan diberlakukan? "Nah tentu sampai vaksin ditemukan. Kita tidak bicara situasi seperti sebelum COVID-19. Jadi sampai vaksin ditemukan maka sebelumnya kita harus melakukan new normal," menurut pendapat Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Dengan penerapkan
fase new normal ini, kata Yuri selaku juru bicara COVID-19 menekankan bahwa new normal harus menjadi perhatian dan kesadaran bersama.
Dalam fase tersebut masyarakat tetap menggunakan masker saat keluar rumah,
rajin mencuci tangan menggunakan sabun, dan tetap menjaga jarak fisik saat
berkomunikasi.
"Hindari kerumunan, atur kegiatan-kegiatan sosial kita agar tidak menimbulkan kerumunan, tidak menimbulkan penumpukan. Inilah yang harus kita biasakan di dalam menghadapi kenormalan yang baru," kata Yuri.
Sudah siapkah diri Anda menghadapi "New Normal" ini?
Sudah siapkah diri Anda menghadapi "New Normal" ini?
Menerapkan fase new
normal, kata Yuri, harus menjadi perhatian dan kesadaran bersama.
Dalam fase tersebut masyarakat tetap menggunakan masker saat keluar
rumah, rajin mencuci tangan menggunakan sabun, dan tetap menjaga jarak
fisik saat berkomunikasi.
"Hindari kerumunan, atur kegiatan-kegiatan sosial kita agar tidak
menimbulkan kerumunan, tidak menimbulkan penumpukan. Inilah yang harus
kita biasakan di dalam menghadapi kenormalan yang baru," kata Yuri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemerintah: New Normal Bukan Berarti Kembali seperti Sebelum Adanya Pandemi Covid-19", https://nasional.kompas.com/read/2020/05/31/22121251/pemerintah-new-normal-bukan-berarti-kembali-seperti-sebelum-adanya-pandemi.
Penulis : Fitria Chusna Farisa
Editor : Irfan Maullana
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemerintah: New Normal Bukan Berarti Kembali seperti Sebelum Adanya Pandemi Covid-19", https://nasional.kompas.com/read/2020/05/31/22121251/pemerintah-new-normal-bukan-berarti-kembali-seperti-sebelum-adanya-pandemi.
Penulis : Fitria Chusna Farisa
Editor : Irfan Maullana
Menerapkan fase new normal, kata Yuri, harus menjadi perhatian dan kesadaran bersama. Dalam fase tersebut masyarakat tetap menggunakan masker saat keluar rumah, rajin mencuci tangan menggunakan sabun, dan tetap menjaga jarak fisik saat berkomunikasi. "Hindari kerumunan, atur kegiatan-kegiatan sosial kita agar tidak menimbulkan kerumunan, tidak menimbulkan penumpukan. Inilah yang harus kita biasakan di dalam menghadapi kenormalan yang baru," kata Yuri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemerintah: New Normal Bukan Berarti Kembali seperti Sebelum Adanya Pandemi Covid-19", https://nasional.kompas.com/read/2020/05/31/22121251/pemerintah-new-normal-bukan-berarti-kembali-seperti-sebelum-adanya-pandemi.
Penulis : Fitria Chusna Farisa
Editor : Irfan Maullana
Semoga bermanfaat. Silakan berkomentar :)
EmoticonEmoticon